Contoh Tenggang Rasa di Sekolah, Rumah, dan Masyarakat

Diposting pada

Contoh Tenggang Rasa

Tenggang rasa menjadi salah satu sikap yang erat kaitannya dengan sikap selektif. Alasannya karena hidup dalam lingkungan masyarakat yang kompleks, tentu terdapat banyak perbedaan. Dimana setiap orang saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itulah melalui tenggang rasa ini masyarakat bersedia memiliki ciri keterterbukaan dengan hal baru sekaligus waspada terhadap pengaruh buruk tanpa harus membencinya.

Bahkan, untuk pengamalannya sendiri tengang rasa dapat diwujudkan dalam kehidupan lain. Misalnya di sekolah dan keluarga.

Tenggang Rasa

Sikap tenggang rasa relevan dengan kehidupan sekarang yang memiliki situasi, kondisi, serta pemahaman yang kompleks. Meskipun kadangkala tidak setuju dengan sikap ataupun pendapat dan perilaku orang lain, maka sudah sepantasnya harus tetap menghormatinya.

Bahkan kadangkala pendirian tersebut tidak sesuai, sejatinya dapat boleh menolaknya dengan sopan. Sehingga melalui perwujutan sikap tenggang rasa akan meminimalisir perpecahan yang akan terjadi akibat perbedaan dan keanekaragaman.

Contoh Tenggang Rasa

Tenggang rasa harus diterapkan di segala aspek kehidupan masyarakat. Mulai dari lingkup yang paling kecil. Yaitu, keluarga, antar teman sebaya di sekolah, antar teman kerja di kantor, maupun dalam masyarakat luas ketika bermedia sosial.

  1. Sekolah

Tenggang Rasa di Sekolah
Tenggang Rasa di Sekolah

Contoh tenggang rasa yang biasa dilakukan dalam ruang lingkup lingkungan sekolah adalah antara lain sebagai berikut:

  1. Bergaul dengan teman yang berbeda agama. Mayoritas sekolah memiliki siswa yang beragam agama. Siswa yang memiliki sikap tenggang rasa tidak akan menghindari siswa yang berbeda agama. Menghormati keyakinan dan cara beribadah merupakan contoh toleransi dalam bidang agama.
  2. Menghormati guru yang memberikan pelajaran. Mendengarkan guru serta memperhatikan materi ketika pelajaran sedang berlangsung adalah salah satu bentuk tenggang rasa kepada guru. Menjaga kelas agar tidak gaduh juga termasuk menghargai teman yang ingin memahami pelajaran.
  3. Menolong teman yang membutuhkan bantuan. Memberikan bantuan berarti mempermudah kesulitan yang sedang dialami teman. Menolong teman tanpa membedakan agama, gender, warna kulit maupun kondisi fisiknya merupakan tenggang rasa yang sangat harus kita contoh.
  4. Membantu teman yang kesulitan belajar. Siswa memiliki daya serap materi berbeda satu sama lain. Siswa yang sudah memahami pelajaran akan lebih baik jika mengajarkannya kepada teman yang kesulitan memahami materi.
  5. Meminjami uang kepada teman yang tidak diberi uang saku. Teman yang mengalami kesulitan ekonomi sering tidak membawa uang saku. Sebagai siswa yang memiliki sikap tenggang rasa, maka kita harus meminjaminya uang saku atau bisa membelikan mereka beberapa makanan.
  6. Membagi makanan kepada teman yang tidak membawa bekal. Ketika membawa bekal makanan, akan lebih baik jika dibagi bersama teman yang lain. Hal tersebut akan meningkatkan tingkat keharmonisan antar teman.
  7. Menghormati pekerjaan orang tua teman. Seringkali siswa menghina pekerjaan orang tua teman, bahkan mereka sering tidak mau bergaul dengannya. Hal ini akan menimbulkan sakit hati. Maka seharusnya, siswa tidak menyinggung pekerjaan orang tua siswa lain.
  8. Menerima kondisi fisik teman. Bulying marak terjadi dari dulu hingga sekarang. Khususnya menghina kondisi fisik teman yang membuat teman lain ikut membuli hingga depresi. Sikap tenggang rasa membuat kita menerima kondisi teman apa adanya.
  9. Menghindari perselisihan ketika sedang diskusi kelompok. Ketika mengerjakan pekerjaan kelompok akan wajar jika terdapat perbedaan pemikiran. Maka kita harus memahami dan menerima setiap masukan dari teman. Tidak boleh memaksakan pendapat masing-masing.
  10. Menghindari untuk membentuk gap/geng. Seingkali banyak terdapat gap antar siswa. Mereka hanya mau bergaul dengan teman yang satu gap. Ketika kelompok satu dengan kelompok lain berbeda paham yang terjadi adalah perkelahian. Maka, sebisa mungkin gap/geng di setiap sekolah harus dihapuskan dengan tenggang rasa.
  1. Rumah

Tenggang Rasa di Rumah
Tenggang Rasa di Rumah

Rumah sebagai bagian daripada contoh lingkungan keluarga juga senantiasa menciptakan tengang rasa, maka berikut implementasinya. Antara lain;

  1. Membantu pekerjaan orang tua. Anak harus memahami orangtua yang lelah karena bekerja. Maka setidaknya, anak membantu sebisa yang dilakukannya untuk meringankan pekerjaan orang tua.
  2. Menaati nasihat orang tua. Nasihat orang tua ditujukan untuk kebaikan anak-anaknya. Maka dari itu, setiap anak akan lebih baik jika menaati perintah orang tua. Hal ini juga bertujuan untuk menghindari perselisihan dalam keluarga.
  3. Menghormati keputusan setiap anggota keluarga. Meskipun dalam satu keluarga, namun setiap anggota keluarga pasti mempunyai perbedaan pemikiran, pemahaman dan kepentingan. Sehingga, anak juga sering melakukan hal sesuai dengan tahap perkembangannya. Maka, orang tua juga harus memahaminya. Sebaliknya, anak juga tidak boleh melarang keputusan orang tua atas dirinya.
  4. Bersikap sopan kepada orang tua. Sopan adalah salah satu kunci kerukunan dalam keluarga. Bertenggang rasa dengan bersikap sopan dengan tidak berkata kasar, mencium tangan orang tua, serta mengucap salam ketika masuk dan keluar rumah.
  5. Menyayangi antar anggota keluarga. Sayang kepada setiap anggota keluarga misalnya tidak iri terhadap saudaranya, membantu pekerjaan rumahnya, selalu bercakap dan berinteraksi. Hal ini akan meningkatkan kedekatan serta menambah tenggang rasa diantara mereka.
  6. Membagi makanan secara adil kepada anak. Orang tua terkadang mempunyai anak favoritnya karena sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Terkadang terdapat beberapa orang tua yang membagi makanan secara tidak merata. Hal ini akan menimbulkan pertengkaran antar saudara.
  7. Membagi pekerjaan rumah untuk setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga baik ibu, ayah dan anak harus dibagi pekerjaan rumah. Bukan hanya ibu saja yang mengerjakan pekerjaan rumah.
  8. Memahami karakteristik setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga pasti juga mempunyai perbedaan karakteristik karena pengaruh dari luar. Maka, orang tua dan anak harus memahami sifat masing-masing anggota keluarganya dan bagaimana mereka harus bersikap.
  9. Tidak memaksakan kehendak anak-anaknya. Anak mempunyai pilihan masing-masing. Mereka mempunyi cita-citanya sendiri. Jika tujuannya tidak sesuai dengan harapan orangtuanya, mak bisa diarahkan atau diberikan dukungan.
  10. Memberikan kesempatan anak untuk mengasah bakatnya. Orangtua tidak boleh membatasi anaknya untuk berkreasi. Bukan hanya ditekan dengan materi akademik saja. Orang tua harus paham apa bakat anaknya sehingga bisa mengarahkan anaknya untuk mengasah bakat yang dimiliki.
  1. Masyarakat

Tenggang Rasa di Masyarakat
Tenggang Rasa di Masyarakat

Adapun untuk pengamalan dalam contoh lingkungan masyarakat untuk tentang rasa, antara lain sebagai berikut;

  1. Silaturahmi/berkunjung ke rumah tentangga. Berkunjung ke rumah tetangga akan meningkatkan kerukunan. Perasaan saling memahami meminimalisir pertikaian dalam masyarakat
  2. Menjenguk tetangga yang sakit. Menanyakan kabar, keadaan serta mendoakan tetangga yang sakit sangatlah penting. Itu adalah bentuk kepedulian dalam masyarakat.
  3. Tidak menyetel radio dengan suara keras. Mengeraskan volume radio akan menganggu kenyamanan orang lain. Entah mereka sedang bersitirahat, melakukan pekerjaan atau bahkan sedang beribadah kita harus senantiasa membuat kondisi lingkungan nyaman.
  4. Membagi makanan bagi yang membutuhkan. Salah satu bentuk tenggang rasa adalah membagikan makanan kepada tetangga atas apa yang kita punya. Akan lebih baik lagi jika memberikan makanan kepada orang yang benar-benar membutuhkan di sekitar kita.
  5. Memberikan bantuan kepada siapa saja tanpa memandang status sosial. Setiap anggota masyarakat harus mempuyai sikap kepedulian terhadap sesama. Ketika ingin memberikan bantuan tidak boleh melihat status sosialnya. Tenggang rasa menuntut kita untuk membantu siapa saja yang membutuhkan.
  6. Menghormati orang yang berbeda agama. Bergul dengan siapa saja meskipun berbeda agama. Menghormati pelaksanaan ibadah, tidak menghina dan mengucilkan orang dengan agama minoritas dalam masyarakat.
  7. Gotong royong membangun rumah, kerja bakti membersihkan kampung atau pemakaman meningkatkan tingkat interaksi dalam masyarakat. Gotong royong merupakan bentuk partisipasi aktif untuk bertenggang rasa dalam masyarakat.
  8. Menghindari perselisihan dalam masyarakat. Banyak terjadi pertengkaran antar warga hingga beradu fisik akibat perbedaan pemikiran. Sehingga yang harus dilakukan adalah menghindari perdebatan.
  9. Menyelesaikan permasalahan dengan musyawarah. Kesalahpahaman akan bisa diselesaikan dengan cara musyawarah. Ketentuan yang sudah disepakati harus diterima dengan lapang dada agar permasalahan antar warga tidak berlanjut.
  10. Mengikuti karang taruna atau perkumpulan desa. Karang taruna dan perkumpulan di desa merupakan cerminan dari adanya semangat warga untuk memajukan desa. Melalui karang taruna, orang akan sering berinteraksi dengan orang lain untuk menyamakan visi meskipun berbeda pemikiran. 
Kesimpulan

Dari penjelasan yang dikemukakan, dapatlah dikatakan bahwa tenggang rasa sama pengertiannya dengan arti toleransi yang berati menghargai sesama. DImana, khusus tenggang rasa merupakan kesediaan untuk menghargai dan memahami pendirian, sikap serta tindakan orang lain yang berbeda dengan kita.

Orang yang memiliki sikap tenggang rasa akan menjaga perasaan orang lain dalam segala aktifitasnya. Ditinjau dari isi , tenggang rasa merupakan contoh sikap sila ke-2 Pancasila dalam kehidupan. Tenggang rasa terkait dengan hubungan antar sesama manusia dalam masyarakat kecil maupun lingkup negara. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap orang yang hidup di masyarakat.

Itulah tadi beragam pengamalan atas contoh-contoh tenggang rasa yang biasa dilakukan di sekolah, rumah, dan masyarakat yang mudah ditemukan untuk kehidupan sehari-hari. Semoga memberi wawasan atas referensi yang kami tuliskan.

Guru PPKn Alumni Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan di Kampus Negeri Jawa Tengah