Tuna wisma merupakan istilah yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya tuna wisma merupakan orang-orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan hidup dengan penuh ketidakpastian. Dalam sejarah PBB pernah melaporkan bahwa di dunia terdapat 100 juta tuna wisma. Tentu saja ini bukan masalah biasa, melainkan masalah serius.
Tentunya orang yang menyandang tuna wisma ada faktor penyebabnya dan tidak baik jika orang yang menyandang tuna wisma dibiarkan maka dampaknya akan tidak baik, maka diperlukan solusi dari semua pihak untuk mengatasinya.
Tuna Wisma
Istilah tuna wisma biasanya diidentikkan dengan gelandangan atau pengemis yang hidup dengan ketidakpastian lantaran selain harus memenuhi kebutuhan ia pun tidak memiliki jaminan untuk masa depan, baik untuk dirinya sendiri ataupun anggota keluarganya.
Pengertian Tuna Wisma
Ttuna wisma adalah orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal, tidak memiliki penghasilan tetap, dan hidup mengembara di lingkungan luar. Biasanya orang yang menyandang tuna wisma adalah orang yang berasal dari desa lalu pergi dari kota dan ia kurang memiliki bekal baik dari materi maupun ilmu pengetahuan, sehingga mereka terkadang diidentikkan dengan orang yang melupakan norma dan aturan di masyarakat.
Faktor Penyebab Tuna Wisma
Beberapa faktor penyebab tuna wisma adalah sebagai berikut :
- Kemiskinan
Kemiskinan merupakan faktor utama yang melatar belakangi adanya tuna wisma. Jangankan untuk membeli rumah/menyewa tempat tinggal, untuk makan saja mereka sulit. Mereka lebih mementingkan cara bertahan hidup dengan makan daripada memperjuangkan rumah tapi tidak makan.
- Masalah tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap adanya tuna wisma. Biasanya orang yang menyandang gelar tuna wisma merupakan orang yang memiliki latar belakang pendidikan rendah. Rendah di sini bukan hanya tamatan lingkungan sekolah tingkat dasar, melainkan juga mereka yang kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni.
Mengapa keterampilan sangat dibutuhkan? Karena di zaman sekarang ini orang yang membutuhkan lapangan pekerjaan lebih banyak dibandingkan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Setidaknya jika mereka memiliki ketampilan, mereka bisa membangun usaha sendiri dan mampu mencukupi kebutuhan pokok termasuk tempat tinggal.
- Permasalahan karakter masyarakat
Biasanya orang yang menyandang gelar tuna wisma memiliki karakter yang mudah menyerah dan setelah ittu bermalas-malasan untuk berusaha lagi. Ketika sudah berusaha namun gagal, mereka tidak akan memikirkan “mengapa saya gagal dan apa sebabnya?” melainkan mereka akan memikirkan untuk menyerah dan memilih jalan yang lebih instan.
- Sikap pasrah pada nasib
Akibat dari sering bermalas-malasan mereka akan pasrah pada nasib dan memilih menjalani hidup seperti biasa. Mereka merasa bahwa hidup mereka akan sulit untuk diubah, sehingga mereka memilih untuk pasrah pada nasib. Hal tersebut akan membuat penyandang tuna wisma sulit untuk diatur dan diubah pola pikirnya.
- Faktor dari sistem pemerintahan yang belum maksimal di dalam menangani penyandang tuna wisma. Sebenarnya pemerintah sudah berusaha untuk mengatasi adanya tuna wisma, namun hal tersebut masih dirasa kurang optimal.
Melalui faktor-faktor tersebut dapat dilihat bahwa 90% faktor adanya tuna wisma berasal dari kesadaran masyarakat dan mental masyarakat untuk mengubah nasibnya.
Sedangkan faktor dari pemerintah hanya 10% , di sini pemerintah hanyalah penyedia fasilitas. Ketika kesadaran masyarakat dan mental masyarakat lemah maka menghilangkan tuna wisma adalah suatu hal yang sulit untuk dilakukan.
Dampak Tuna Wisma
Tuna wisma bukanlah satu hal yang positif. Tuna wisma merupakan suatu hal yang memiliki dampak negatif jika secara terus menerus dibiarkan. Lalu apa sajakah dampaknya ? berikut ini adalah pembahasannya :
-
Sosial budaya
Banyaknya masyarakat yang menyandang sebagai tuna wisma akan membuat banyaknya gelandangan dan pengemis yang berada di kota-kota dan membuat pemandangan tidak enak di sekitar sudut kota.
Tak hanya itu, banyaknya penyandang tuna wisma membuat lingkungan menjadi kumuh, hal tersebut disebabkan karena orang yang menyandang status sebagai tuna wisma akan membuat tempat berteduh ala kadarnya dengan menggunakan bahan-bahan bekas dan kurang peduli dengan kebersihan dan kesehatannya.
- Bidang ekonomi
Banyaknya penyandang tuna wisma akan menambah daftar panjang data kemiskinan di Indonesi. Hal ini tentu akan menambah beban pemerintah di dalam menanggulangi kemiskinan. Permasalahan ekonomi berikutnya adalah akan muncul ketimpangan ekonomi antar masyarakat.
- Bidang keamanan
Seiring dengan meningkatnya penyandang tuna wisma, maka akan meningkat pula tingkat kriminalitas yang akan menambah rasa takut dan khawatir masyarakat. Dalam hal ini, dampak yang dihasilkan bukan hanya tertuju pada masyarakat luar melainkan pada masyarakat yang menyandang status tuna wisma. Mereka hidup dengan penuh ketidaknyamanan dan tidak aman.
- Bidang kesehatan
Banyaknya masyarakat yang menyandang status sebagai tuna wisma membuat lingkungan semakin kumuh dan pastinya hal tersebut akan berdampak pada kesehatan masyarakat. Lingkungan yang kumuh akan menimbulkan berbagai macam penyakit bahkan penyakit menular. Sehingga orang yang menyandang tuna wisma tidak terjamin kesehatannya.
- Bidang pendidikan
Bagi orang yang menyandang status tuna wisma, mereka cenderung akan lebih mementingkan kebutuhan makan dari pada kepentingan pendidikan untuk anak-anaknya. Mungkin sebenarnya mereka ingin anak-anaknya mengenyam bangku sekolah, tetapi apa daya, mereka untuk makan saja susah.
Masih ada dampak yang lainnya lagi jika para penyandang tuna wisma dibiarkan terus bertambah. Jika tidak ditangani, maka dikhawatirkan dampaknya akan lebih besar. Oleh karena itu diperlukan usaha yang konsisten untuk menangani permasalahan tuna wisma ini.
Cara Mengatasi Tuna Wisma
Penanganan tuna wisma tak hanya dilakukan hanya sesekali atau dua kali, melainkan harus secara terus menerus dilakukan dan harus ada progres. Hal-hal yang harus dilakukan untuk menangani permasalahan tuna wisma adalah sebagai berikut :
- Pertama melalui pendekatan panti. Para penyandang tuna wisma disediakan tempat tinggal untuk beberapa keluarga dengan sarana dan prasarana yang memadai dan penyandang tuna wisma dibekali dengan keterampilan untuk hidup yang lebih baik lagi. Melalui cara ini penyandang tuna wisma diharapkan mampu bangkit dari keterpurukan dan mampu menciptakan peluang kerja.
- Kedua melalui Liponsos yang merupakan kepanjangan dari Lingkungan Pondok Sosial. Cara Liponsos ini mirip dengan pendekatan panti, perbedaannya terletak pada cakupan atau sasarannya. Jika pendekatan panti hanya untuk beberapa keluarga saja,sedangkan Liponsos cakupannya lebih luas dan mampu membentuk pergaulan masyarakat beserta dengan aturan-aturan yang mengawal kehidupan penyandang tuna wisma.
- Solusi yang ketiga adalah sebelum para penyandang tuna wisma ditempatkan di panti atau Liponsos, penyandang tuna wisma diberikan pembekalan terlebih dulu sebagai bentuk bekal mereka untuk bergaul di masyarakat luas. Tentu saja pembekalan yang dilakukan termasuk juga pembekalan keterampilan bagi para penyandang tuna wisma.
- Keempat, solusi yang ditawarkan adalah pemberian tempat tinggal permanen oleh pemerintah di lokasi tertentu. Pemberian ini dilakukan ketika para penyandang tuna wisma telah memiliki perbekalan yang siap dalam hal hidup berdampingan dengan masyarakat luas dan juga termasuk perbekalan keterampilan yang memadai.
- Cara kelima adalah mengirim para penyandang tuna wisma untuk bertransmigrasi ke luar daerah bahkan luar pulau guna mendapatkan pekerjaan dan hidup yang lebih baik. Hal ini dilakukan setelah para penyandang tuna wisma memiliki keahlian dan keterampilan yang memadai sebagai bekal kehidupan di luar daerah.
Upaya mengatasi penyandang tuna wisma di atas memang memerlukan proses yang panjang dan tidak instan. Usaha-usaha yang dilakukan tersebut jika ingin berhasil, maka diperlukan kerjasama antara pemerintah dan juga masyarakat yang menyandang status tuna wisma.
Contoh Tuna Wisma
Untuk menguraikan lebih dalam berkaitan dengan tuna wisama yang ada dalam kehidupan manusia. Misalnya saja;
Pengemis di Lampung Merah
Lampu Merah yang juka dikenal dengan APILL merupakan salah satu kontrol bagi pengendara untuk berhenti dan melajukan kedaraannya. Kerapkali di wilayah ini banyak ditemukan pengemis ataupun pengamen yang memanfaatkan momen untuk mendapatkan belas kasian.
Dari contoh inilah seharusnya pihak pemerintah harus mengusahakan secara maksimal dan tidak setengah-setengah di dalam menangani kasus tuna wisma ini, sebaliknya untuk masyarakat yang menyandang tuna wisma harus mampu dan mau diajak kerja sama dengan pemerintah dan harus menaati peraturan sebagaimana menjalankan fungsi daripada APILL yang telah ditetapkan.
Di sini masyarakat sebagai aktor utama yang seharusnya bersikap terbuka dan mau diajak kerja sama untuk menuju hidup yang lebih baik.
Maka, itulah tadi uraian lengkap yang bisa kami utarakan kepada segenap pembaca berkaitan dengan pengertian tuna wisma, faktor penyebab, dampak, upaya mengatasi, dan contohnya yang ada di masyarakat pada umumnya. Semoga mengedukasi.